Jumat, 05 November 2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat tiada habisnya kepada umatnya terutama pada kami tim penyusun sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah untuk mata kuliah Ekologi Tumbuhan. Shalawat serta salam tetap kami curahkan kepada junjungan nabi Muhammad saw yang telah membimbing umatnya dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni ajaran agama islam.
    Selanjutnya ucapan terimakasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada bapak Husama Irham S.pd yang telah membimbing kami pada mata Ekologi Tumbuhan ada seluruh anggota kelompok atas kerja samanya yang kompak dalam menyelesaikan tugas ini serta kepada pihak – pihak lain yang memberi dukungan demi terselesaikanya makalah ini.
    Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, tidak ada kata yang dapat kami ucapkan selain kata maaf yang sebesar – besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun isi dari penulisan makalah ini. Kami sangat membutuhkan kritik dan saran para pembaca yang bersifat membangun demi penulisan makalah selanjutnya. Besar harapan kami semoga apa yang kami sajikan dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi seluruh pihak yang membaca. Dan semoga Allah senantiasa memberi hidayah kepada setiap hambanya yang selalu mau berusaha dan belajar.



                            Malang, Oktober 2010


                            TimPenyusun   
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Ekologi merupakan salah satu cabang biologi yaitu ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya. Atau ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasat hidup. Atau juga yang mengatakan bahwa ekologi adalah suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang, dan manusia dengan lingungannya dimana mereka hidup, dan bagaimanatau kelompok mahluk  hidup mereka ada di situ. Ekologi berasal dari bhasa yunanai eikos (rumah atau tempat hidup) dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiah ekologi adalah pengkajian hubungan organisme -organisme atau kelompok organisme terhadap lingkungannya. Ekologi hanya mempelajari apa yang ada dan yang terjadi dialam dengan tidak melakukan percobaan.
Menurtu Odum dan Cox (1971) Ekologi mutakhir adalah suatu study yang mempelajari stuktur dan fungsi ekosistem atau alam dimana manusia adalah bagian dari alam. Ini menunjukkan suatu keadaan dari system ekologi pada waktu dan tempat tertentu temasuk kerapatan. Kepadatan, biomas, penyebaran potensi unsur – unsur hara, energy, faktor – faktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan keadaan tersebut. Sedangkan fungsinya menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi dalam sistem sehingga, pokok utama ekologi adalaha mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.
Pengertian Ekologi Hutan, Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa Yunani, yaitu: Oikos = Tempat Tinggal (rumah), Logos = Ilmu, telaah. Oleh karena itu Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungnya. Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut.

Jelaslah bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari mahluk hidup dalam rumah tangganya atau ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan sesamanya dengan komponen disekitarnya. Ekologi merupakan disiplin baru dari biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi serta bentuk – bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu social (1977). 
1.2    Rumusan  Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalh sebagai berkiut :
1.    Apa pengertian  komunitas tumbuhan?
2.    Apa saja macam – macam komunitas tumbuhan?
3.    Bagaimana mengamati klasifikasi komunitas tumbuhan?
4.    Bagaimana mengamati konsep komunitas tumbuhan?  

1.3    Tujuan  Penulisan
1.    Untuk mengetahui pengertian komunitas tumbuhan
2.    Untuk mengetahui macam – macam komunitas tumbuhan
3.    Untuk mengamati klasifikasi komunitas tumbuhan
4.    Untuk mengamati konsep komunitas tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian komunitas tumbuhan
    Komunitas adalah sekelompok mahluk hidup dari berbagai macam jenis yang hidup bersama pada suatu daerah. Organisme yang hidup bersama ini di sebut komunitas biotic. Masing – masing organism dalam suatu komunitas hidup di tempat tertentu diantara organism yang hidup dan yang mati serta sisa – sisanya. Organisme ini di pengaruhi oleh faktor – faktor lingkunga yang tidak hidup yang di sebut abiotik seperti tanah, iklim, dan air.
    Seorang ahli Frederick Klemans (1900) mengatkan bahwa, suatu komunitas merupakan suatu organisme  jenis komposisi yang terbatas dan yang mempunyai sejumlah kehidupan namun, dianut oleh alhi ekologi sekarang adalah pendangan yang mengatkan suatu komunitas adalah merupakan suatu gabungan dari beberapa organisme.
Organisme dalam suatu komunitas saling berhubungan karena melalui proses – proses kehidupan yang saling berinteraksi. Lingkungan disekitarnya yang sangat penting karena dapat mempengaruhi kehidupan organism jika organism tidak dapt menyesuiakan lingungannya maka akan berakibat fatal bagi organisme itu misalnya, tanah penting untuk tumbuhan hidup karena mengandung mineral juga merupakan media bagi air dan sebagai tempat tumbuhnya akar. Sebaliknya tanah jug adapt di pengaruhi oleh tumbuhan, dapat mengurangi jumlah mineral dalam tanah dengan akar – akar tanaman yang menembus tanah yang hanya mengandung beberapa zat organic. Penampilan komunitas biasanya tergantung pada komposisi structural. Dalam hal ini bagaimana bentuk tumbuhannya, bagaimana cara tumbuhnya vegetasi itu, epivit atau talopite (alga lumut).
2.2 Macam – macam komunitas tumbuhan
        Di alam terdapat bermacam – macam komunitas yang secara garis besar dapat dibagi menjadi :

1.    Komunitas Akuati
Komunitas  ini misalnya yang terdapt di laut, di danau, di sungai dan di parit atau kolam.
2.    Komunitas Terestial
Yaitu sekelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di padang rumput, di padang pasir, di halaman kantor, di halaman sekolah dan di kebun raya serta d tempat yang alinnya.
Banyak komunitas dapat dkenal dengan mudah. Semisalnya komuntas hutan mangrove terdapat perbedaan yang jelas. Dalam komunitas yang berbeda, terdapat  komunitas dan makhluk pembusuk yang berbeda pula. Dengan demikian tipe – tipe komunitas mempunyai macam – macam organisme yang khas. Selain perbedaan dalam komposisi ini terdapat pula perbedaan – perbedaan lain. Sering komunitas spesies tumbuhan dan hewan dijumpai berulang kali dalam berbegai komunitas dan menjalakan fungsinya agak berbeda. Kombinasi antara habitat tempat suatu spesies hidup, dengan fungsi spesies dalam habitat tesebut memberikan pengertian nicia (niche).
Konsep nicia ini penting bagi seorang ahli ekologi. Selain dapat digunakan untuk meramalkan macam tumbuhan dan hewan yang dapat ditemukan dalam suatu komunitas, juga dapat dipakai menafsirkan kepadatan serta fungsinya pada suatu musim. Kepadatan individu pada suatu populasi, langsung dikaitkan dengan pengertian  keanekaragaman. Istialh ini dapat diterapakan keanekaragaman kepada berbagai bentuk, sifat dan ciri suatu komunitas. Misalnya keanekaragaman dalam pola penyebaran. Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapat memperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas itu. Hal itu dapat menujukkan tingkat kedewasaannya, sehingga keadaannya dapat menjadi lebih mantap.
2.3 Klasifikasi komunitas tumbuhan
    Setiap jenis spesies mempunyai toleransi terhadap lingkungannya komunitas yang saling menyatu antara satu dengan yang lain merupakan suatu rangakaian vegetasi sebagia contoh tumbuhan memerlukan tempat – tempat dan lingkungan yang sesuia untuk hidup dan pertumbuhannya. Seperti pohon bakau yang hidup didaerah pantai berlumpur dan airnya tenang, terumbu karang hidup di laut yang bening dengan air yang tenang dan sebagainya. 
        Dalam konteks Indonesia, klasifikasi seperti ini dapat didasarkan pada wilayah agroekologi yang sedikit berbeda. Didasarkan pada zona klimatis utama, terdapat 4 wilayah yaitu (a) Zona Monsoon (khususnya di Jawa dan Bali), (b) Zona Tropis Lembab (di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi), serta (c) Zona Kering atau Semi Arid (Nusa Tenggara).
klasifikasi dapat juga ditinjau dari penyebarannya atau didasarkan pada zona Agroekologi, yaitu: (1) yang berada di wilayah tropis lembab dataran rendah (lowland tropical humid tropic); (2) pada wilayah tropis lembab dataran tinggi (high-land tropical humid tropic); (3) pada wilayah sub-tropis lembab dataran rendah (lowland humid sub-tropic); dan (4) pada wilayah sub-tropis dataran tinggi (highland humid sub-tropic).
Pada zona monsoon zona ini seringkali disebut sebagai Tropical Decidous Forest.
Zona ini dicirikan oleh batas yang jelas antara musim kemarau dan musim hujan (separo tahun). Beberapa pohon decidous akan menggugurkan daun saat musim kemarau (misal Jati/Tectona grandis).
Akan tetapi saat musim hujan, ekosistem ini sulit dibedakan dengan ekosistem tropis lembab, dan oleh karenanya keduanya seringkali disebut sebagai ‘closed atau moist forests’. Di Indonesia, wilayah ini secara umum lebih subur dibandingkan wilayah tropis lembab (apalagi di Indonesia wilayah monsoon yaitu Jawa memiliki banyak gunung berapi).
Biasanya wilayah ini terdapat populasi yang sangat padat, sehingga terjadi ‘lapar lahan’ (lahan yang dapat dikuasai per jiwa sangat sempit
atau bahkan tidak ada sama sekali) dan masalah sosial ekonomi masyarakat lainnya. Pemanfaatan lahan secara optimal seperti agroforestri merupakan alternatif tepat yang telah pula dipraktekkan sejak lama, baik pada lahan-lahan milik (misal melalui sistem pekarangan) dan lahan negara (misal areal hutan jati dan pinus perhutani melalui sistem tumpangsari). Pada zona tropis lembab Ekosistem tropis lembab menempati kawasan hutan yang terluas di Indonesia, tersebar dari Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Ekosistem ini memiliki karakter biofisik penting antara lain tingginya curah hujan dan kelembaban udara. Topografi berbukit-bukit dengan dominasi jenis tanah podsolik merah kuning yang memiliki kesuburan (dan berarti daya dukung lahan) yang
rendah. Tegakan alaminya dicirikan dengan pohon-pohon tinggi berdiameter besar dan tingginya keanekaragaman hayati (baik bersifat keragaman tapak ataupun bentang lahan)
Meskipun ekosistem tropis lembab sering disebut dengan Mixed Dipterocarps Forest (karena dominasi jenis-jenis pohon komersial dari suku Dipterokarpa), akan tetapi sebutan tersebut lebih ditujukan bagi Hutan Tropis Lembab Dataran Rendah (Lowland Dipterocarps Forests). Disamping itu masih ada Hutan Tropis Lembab Dataran Tinggi (termasuk di dalamnya yang disebut Hutan Pegunungan) dan formasi-formasi edafis seperti misalnya hutan rawa (swamp forests) serta hutan payau (mangrove forests). Meskipun memiliki diversitas yang tinggi, akan tetapi ekosistem tropis lembab dengan karakter kondisi biofisiknya pada dasarnya sangat rentan gangguan. Masyarakat lokal secara tradisional telah mengembangkan berbagai bentuk (dan pendekatan) pemanfaatan lahan agroforestri untuk memenuhi kebutuhannya.
Secara umum berbagai bentuk agroforestri tersebut berasal dari pola perladangan. Strukturnya meniru hutan alam yang tersusun atas tanaman berkayu (dominan), juga jenis-jenis flora dan fauna endemik yang belum dibudidayakan secara luas (bahkan termasuk jenis-jenis liar dari hutan alam). Beberapa kegiatan pada dasarnya memanfaatkan tegakan alam, namun dalam beberapa dasawarsa terakhir masyarakat telah berinisiatif untuk menyempurnakan, mengembangkan atau melaksanakan kombinasi lainnya. Inventarisasi dan identifikasi bentuk-bentuk belum sepenuhnya selesai dilakukan hingga saat ini.
Pada zona kering (zona semi arid, atau semi ringkai) Wilayah ini mencakup kawasan NTT, NTB, sebagian Bali dan Jawa Timur sebagian Sulawesi Selatan/Tenggara dan sebagian Papua bagian selatan. Ciri khas daerah ini adalah perbedaan musim hujan dan kemarau yang sangat menyolok. Rata-rata hujan turun dalam 3–4 bulan dan musim kemarau 7-8 bulan. Curah hujan tahunan berkisar kurang dari 1000 mm di daerah tertentu
sampai dengan 1200 mm. Di dataran yang lebih tinggi, curah hujan bisa mencapai lebih dari 1500 sampai 2000 mm/tahun dengan lama musim hujan enam bulan. Evapotranspirasi jauh lebih besar daripada presipitasi (Roshetko, etal., 2000).
Keseimbangan air (water balance) yang khas di daerah ini menuntut pemilihan pola dan jenis tanam yang memadai. Petani umumnya mengusahakan tanaman pangan hanya dalam musim hujan. Dalam musim kemarau tidak ada peluang untuk mengusahakan tanaman semusim kecuali di daerah yang ada irigasinya. Biasanya pada musim kemarau
masyarakat mengusahakan pemeliharaan ternak. Dengan demikian tanaman atau pohon dan semak penghasil pakan ternak merupakan salah satu pilihan penting. Ciri lain dari daerah semi kering adalah intensitas hujan sangat tinggi pada musim hujan. Perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau in menyebabkan erosi yang sangat besar. Karena itu pilihan tanaman dan teknologi untuk pencegah erosi juga menjadi perhatian serius. Gulma cenderung tumbuh sangat cepat pada musim hujan.
Persoalan temperatur yang tinggi dan sering terjadinya kebakaran memerlukan tanaman peneduh (naungan) dan pencegah api. Ternak liar yang sering digembalakan secara bebas atau tidak sengaja maupun sengaja berkeliaran di kebun-kebun petani menyebabkan tanaman pagar memerlukan perhatian khusus dari para petani di kawasan Nusa Tenggara dan Bali. Pemilihan tanaman dan pohon menjadi perhatian utama untuk mengatasi masalah ekonomi dan lingkungan di daerah setempat. Di beberapa kawasan pantai, dikembangkan pula jambu mente atau cengkeh. Perpaduan antara tanaman ini dengan tanaman pangan lain sangat memungkinkan di tahap awal. Namun cengkeh juga tumbuh di dataran yang lebih tinggi sedangkan mente memerlukan daerah yang lebih kering. Pada zona pegunungan
Zona pegunungan umumnya mempunyai iklim yang lebih dingin dan basah. biasanya dikaitkan dengan pengembangan hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan. Kontras dengan dataran rendah, jenis ternak di kawasan pegunungan terbatas. Kawasan pegunungan umumnya ideal untuk tanaman buah-buahan dan sayuran. Wanatani bisa merupakan perpaduan antara tanaman buah-buahan dengan sayuran atau dengan tanaman pangan. Beberapa pohon berkayu yang juga dapat dijumpai di wilayah pegunungan seringkali menjadi bagian dari sistem agroforestri yang dikembangkan, misalnya di Papua banyak dijumpai jenis cemara gunung (Casuarina sp.).

2.4    Konse klasifikasi tumbuhan
Pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis binatang liar atau margasatwa. Bahkan dalam autekologi dapat dipelajari pola perilaku suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun sifat adaptasi suatu jenis pohon. Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan.
Dalam ekosistem hutan itu bisa juga dipelajari pengaruh berbagai faktor ekologi terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun populasi binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya dalam ekologi hutan, kajian dari kedua segi (autekologi dan sinekologi) itu sangat penting karena pengetahuan tentang hutan secara keseluruhan mencakup pengetahuan semua komponen pembentuk hutan, sehingga kajian ini diperlukan dalam pengelolaan sumber daya hutan.
Konsep ekologi juga dapat dikatakan seperti berikut :
1. Terdapat berbagai sistem ekologi atau ekosistem di biosfer atau ekosfera bumi pada lingkungan terestris atau lingkungan akuatik yang menjadi habitat makhluk hidup (tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mikrobiota) tinggal dan melaksanakan kehidupannya berinteraksi dengan lingkungan hidupnya.
2. Proses kehidupan yang berlangsung dalam sistem ekologi atau ekosistem tersebut pada dasarnya memiliki prinsip-prinsip ekologi yang menjadi dasar interaksi atau hubungan timbal balik antara komponen penyusun ekosistem.
3. Dalam ekologi tumbuhan prinsip-prinsip ekologi tersebut berkaitan dengan jenis dan struktur ekosistem, komponen-komponen penyusunnya, fungsi ekosistem, habitat atau tempat tinggal tumbuhtumbuhan dan biota lainnya, serta relung ekologi (fungsi makhluk hidup di habitatnya), macam-macam interaksi yang berlangsung dalam ekosistem, dan sebagainya.
4. Komponen penyusun ekosistem antara lain, terdiri dari komponen biotik (makhluk hidup) dan komponen abiotik (habitat dan lingkungan) atau menurut komponen makhluk hidup sebagai penyusun ekosistem antara lain dapat digolongkan menurut perolehan energi menjadi komponen ototrof (tumbuhan hijau) dan komponen heterotrof (hewan dan mikrobiota) atau menurut jenisnya dikenal ekosistem terestris (darat) dan akuatik (perairan: perairan tawar dan laut).
5. Dalam ekosistem tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang penting, antara lain dapat mengubah kondisi habitat dan lingkungannya, seperti mengurangi radiasi sinar matahari, mengatur iklim, atau membentuk humus mengikat energi matahari menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis dan menjadi menjadi sumber energi dan sumber nutrisi dengan adanya kandungan unsurunsur organik maupun anorganik, energi yang berguna untuk makhluk hidup lainnya.
6. Seluruh unsur makhluk hidup dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, hewan atau mikrobiota dalam sistem ekologi membentuk suatu komunitas. Suatu komunitas tumbuh-tumbuhan adalah sekelompok individu (jenis) tumbuhan yang menempati habitat tertentu.Penelaahan ekologi komunitas diperlukan untuk memahami berbagai proses yang terjadi dalam ekosistem, misalnya terbentuknya suatu komunitas rumput, komunitas paku-pakuan atau komunitas hutan.
7. Konsep komunitas tumbuhan penting dalam penelitian ekologi, karena apa yang terjadi dalam suatu komunitas akan mempengaruhi makhluk hidup lainnya dalam komunitas tersebut. Misalnya dalam pemberantasan gulma di perkebunan yang menjadi saingannya bagi tanaman budidaya.
8. Dalam ekologi tumbuhan secara umum yang dimaksud dengan populasi adalah sekelompok individu tumbuh-tumbuhan sejenis, seperti pohon karet yang ditanam di perkebunan, tanaman padi di sawah, dan lain lain. Dalam ekosistem, populasi tumbuhan tidaklah statis karena dipengaruhi oleh pertambahan atau pengurangan anggota populasi sepanjang waktu.
Perubahan populasi dapat diketahui dari berbagai sifat populasi yang mejadi ciri-ciri populasi, seperti kerapatan populasi, natalitas, mortalitas, pertumbuhan atau persebaran populasi. Salah satu sifat populasi yang bersifat numeric dan struktural adalah kerapatan jenis, yaitu jumlah individu tumbuhan per satuan luas. Dengan kerapatan dapat ditentukan perkembangan populasi dan sifat persebarannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunitas adalah sekelompok mahluk hidup dari berbagai macam jenis yang hidup bersama pada suatu daerah. Organisme yang hidup bersama ini di sebut komunitas biotic. Masing – masing organism dalam suatu komunitas hidup di tempat tertentu diantara organism yang hidup dan yang mati serta sisa – sisanya. Organisme ini di pengaruhi oleh faktor – faktor lingkunga yang tidak hidup yang di sebut abiotik seperti tanah, iklim, dan air.
komunitas adalah merupakan suatu gabungan dari beberapa organisme. Organisme dalam suatu komunitas saling berhubungan karena melalui proses – proses kehidupan yang saling berinteraksi
. Lingkungan disekitarnya yang sangat penting karena dapat mempengaruhi kehidupan organism jika organism tidak dapt menyesuiakan lingungannya maka akan berakibat fatal bagi organisme itu misalnya, tanah penting untuk

komunitas tumbuhan

tumbuhan hidup karena mengandung mineral juga merupakan media bagi air dan sebagai tempat tumbuhnya akar.

komunitas tumbuhan

BAB III
PENUTUP
1.3    Tujuan  Penulisan
1.    Untuk mengetahui pengertian komunitas tumbuhan
2.    Untuk mengetahui macam – macam komunitas tumbuhan
3.    Untuk mengamati klasifikasi komunitas tumbuhan
4.    Untuk mengamati konsep komunitas tumbuhan
1.2    Rumusan  Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalh sebagai berkiut :
1.    Apa pengertian  komunitas tumbuhan?
2.    Apa saja macam – macam komunitas tumbuhan?
3.    Bagaimana mengamati klasifikasi komunitas tumbuhan?
4.    Bagaimana mengamati konsep komunitas tumbuhan?  
Pengertian Ekologi Hutan, Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa Yunani, yaitu: Oikos = Tempat Tinggal (rumah), Logos = Ilmu, telaah. Oleh karena itu Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungnya. Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut.

Jelaslah bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari mahluk hidup dalam rumah tangganya atau ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan sesamanya dengan komponen disekitarnya. Ekologi merupakan disiplin baru dari biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi serta bentuk – bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu social (1977). 
Ekologi berasal dari bhasa yunanai eikos (rumah atau tempat hidup) dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiah ekologi adalah pengkajian hubungan organisme -organisme atau kelompok organisme terhadap lingkungannya. Ekologi hanya mempelajari apa yang ada dan yang terjadi dialam dengan tidak melakukan percobaan.
Menurtu Odum dan Cox (1971) Ekologi mutakhir adalah suatu study yang mempelajari stuktur dan fungsi ekosistem atau alam dimana manusia adalah bagian dari alam. Ini menunjukkan suatu keadaan dari system ekologi pada waktu dan tempat tertentu temasuk kerapatan. Kepadatan, biomas, penyebaran potensi unsur – unsur hara, energy, faktor – faktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan keadaan tersebut. Sedangkan fungsinya menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi dalam sistem sehingga, pokok utama ekologi adalaha mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.
merupakan salah satu cabang biologi yaitu ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya. Atau ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasat hidup. Atau juga yang mengatakan bahwa ekologi adalah suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang, dan manusia dengan lingungannya dimana mereka hidup, dan bagaimanatau kelompok mahluk  hidup mereka ada di situ.
1.1    Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN